'IJAZ AL-QUR'AN
'IJAZ AL-QUR'AN
Al-Qur’an
adalah mukjizat Nabi Muhammad saw. Kemukjizatan disini bersifat maknawi
(abstrak), bukan sebagai mukjizat yang bersifat mahdziy (fisik),
seperti menyembuhkan kebutaan dan penyakit lepra, mengubah tongkat menjadi
seekor ular dan lain-lain yang lekas hilang seketika.
Berkenaan
dengan kemukjizatan al-Qur’an itu, Nabi Muhammad SAW. pernah menantang kaum
kafir Quraisy supaya membuat semisal al-Qur’an, ternyata mereka tidak sanggup,
kemudian ditantang agar membuat sepuluh surat saja semisal al-Qur’an, dan
akhirnya mereka ditantang membuat satu surat saja, ternyata tidak sanggup dan
mereka mengaku tidak mampu membuatnya.
Mukjizat Nabi
Muhammad saw yang bersifat maknawi dan tidak berupa kejadian fisik
(kasat mata) sebagaimana mukjizatnya para Nabi terdahulu adalah sesuai dengan
universalitas dan kelanggengan syari’at yang dibawa oleh beliau. Karena
mukjizat yang terjadi secara temporal, lokal dan material tidak dapat diketahui
secara universal karena tidak dapat diketahui oleh generasi berikutnya kecuali
hanya berupa berita-berita yang tidak dapat disaksikan oleh mata.
Adapun mukjizat
yang bersifat maknawi akan tetap langgeng yang bersamaan dengan bukti
kerisalahan sampai hari kiamat. Karena Nabi Muhammad saw diutus untuk seluruh
umat manusia, dimana dan kapanpun hingga akhir zaman, maka bukti kebenaran Nabi
Muhammad SAW bersifat universal, kekal dan dapat dipikirkan serta dibuktikan
kebenarannya oleh akal manusia. Disinilah terletak fungsi al-Qur’an sebagai
mukjizat.
BENTUK-BENTUK IJAZ DALAM AL-QUR’AN
Ijaz al-Qur’an dalam melemahkan
manusia untuk mendatangkan yang sepadan dengan al-Qur’an terdiri dari aspek lafziah
(morfologis), maknawiyah (semantik) dan ruhiyah (psikologis),
semuanya bersandarkan (interchangeable) dan bersatu, sehingga
melemahkan manusia untuk menandinginya.
Ijaz
al-Quran bersifat dzaty (essensial),
bukan bersifat relatif (idhafy) dan bukan karena sesuatu yang keluar
darinya dan juga bersifat universal sesuai dengan universalitas al-Qur’an.
Berikut ini
bentuk-bentuk Ijaz al-Qur’an yang telah dapat dicapai oleh akal
manusia dan telah diungkapkan para ulama, yaitu :
- Keharmonisan uslub bahasanya, keindahan dan ketelitian
redaksi-redaksinya, maknanya, hukumnya dan teorinya.
Betapa
menakjubkan rangkaian al-Qur’an dan betapa indah susunannya. Tidak ada
kontradiksi dan perbedaan di dalamnya, padahal al-Qur’an membeberkan banyak
segi yang dikandungnya, seperti kisah dan nasehat, argumentasi, hikmah dan
hukum, tuntutan dan peringatan, janji dan ancaman, kabar gembira dan berita
duka serta akhlak mulia dan sebagainya.
Abdurrazaq
Nawfal dalam al-Ijaz al-Adaby li al-Qur’an al-Karim mengemukakan
tentang keharmonisan dan keseimbangan ushlub bahasa al-Qur’an sebagai berikut :
2.
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan
antonimnya, seperti :
-
Al-hayah (hidup) dan al-mawt
(mati) masing-masing sebanyak 145 kali.
- Al-Naf’u (manfaat) dan al-madharrah
(madarat) masing-masing sebanyak 50 kali.
- Al-har (panas)
dan al-bard (dingin) masing-masing sebanyak 4 kali.
- Al-rahbah
(takut) dan al-raghbah (harap) masing-masing sebanyak 8 kali.
- Al-shaif (musim
panas) dan al-syita (musim dingin) masing-masing sebanyak 1 kali.
- Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan
sinonimnya/makna yang dikandungnya, seperti :
- Al-harts dan
al-zira’ah (membajak / bertani) masing-masing sebanyak 14 kali.
- Al-ushb dan al-dhurur
(membanggakan diri/angkuh) masing-masing sebanyak 27 kali.
- Al-aql dan al-nur
(akal/cahaya) masing-masing sebanyak 49 kali.
- Al-jahr
dan al-alaniyah (nyata) masing-masing sebanyak 16 kali.
- Al-Qur’an,
al-wahyu dan al-islam masing-masing sebanyak 70 kali.
- Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata
yang menunjuk kepada akibatnya, seperti :
- Al-infaq (infak)
dengan al-ridha (kerelaan) masing-masing sebanyak 73 kali.
- Al-bukhl (kikir)
dengan al-hasarah (penyesalan) masing-masing sebanyak 12 kali.
- Al-kafiruun (orang-orang kafir)
dengan al-nar/al-ahraq (neraka/pembakaran) masing-masing sebanyak 154
kali.
- Al-zakat
(zakat/penyucian) dengan al-barakah (kebajikan yang banyak)
masing-masing sebanyak 32 kali.
- Al-fahisyah (kekejian)
dengan al-ghadab (murka) masing-masing sebanyak 26 kali.
- Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata
penyebabnya, seperti :
- Al-israf (pemborosan)
denan al-sur’ah (ketergesa-gesaan) masing-masing sebanyak 23 kali.
- Al-mauidzah (nasihat)
dengan al-lisan (lidah) masing-masing sebanyak 25 kali.
- Al-asra
(tawanan) dengan al-harb (perang) masing-masing sebanyak 6 kali.
- Al-salam
(kedamaian) dan al-thayyibat (kebajikan) masing-masing sebanyak 60
kali.
- Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut ditemukan juga keseimbangan
khusus , yaitu :
- Kata yaum (hari)
dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali sebanyak bilangan hari dalam setahun.
Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam)
atau dua (yaumain) jumlah keseluruhannya hanya 30 kali sama dengan
jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain kata yang berarti bulan (syahr)
hanya terdapat 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
- Al-Qur’an
menjelaskan bahwa langit ada tujuh. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali
pula yaitu dalam al-Baqarah : 29, al-Isra : 44, al-Mu’minun : 86, Fushilat :
12, al-Thalaq : 12, al-Mulk : 3 dan Nuh : 15. Selain itu penjelasannya tentang
terciptanya langit dan bumi dalam 6 hari dinyatakan pula dalam 7 ayat.
- Kata-kata yang
menunjuk kepada utusan Allah , baik rasul, nabi, basyir dan nazir
keseluruhannya berjumlah 518 kali seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama
nabi, rasul dan pembawa berita tersebut yakni 518 kali.
Al-Qur’an diungkapkan
dengan gaya bahasa dan uslub bermacam-macam dengan pokok bahasan yang bermacam-macam
pula yaitu bidang aqidah, akhlaq dan pembentukan hukum Islam (syar’iyyah
tasyri’iyyah), yang satu sama lainnya tidak terdapat kontradiksi dan
pertentangan. Allah swt. telah memberi petunjuknya dalam Q.S. al-Nisa : 82
sebagai berikut :
Surah An-Nisaa' - سورة النساء
[4:82] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah]
Patutkah mereka (bersikap demikian), tidak mahu memikirkan isi Al-Quran? Kalaulah Al-Quran itu (datangnya) bukan dari sisi Allah, nescaya mereka akan dapati perselisihan yang banyak di dalamnya.
Berdasarkan
ayat di atas, seandainya kita temukan ada ayat al-Qur’an yang lahirnya
kontradiktif antara satu ayat dengan ayat lainnya, maka setelah diadakan
pembahasan dan penelitian, tampaklah keserasian dan keharmonisannya, tidak ada
kontradiksi di dalamnya. Seandainya al-Qur’an itu datang selain dari Allah,
niscaya akan didapatkan kontradiksi yang banyak di dalamnya.
- Persesuaian ayat-ayat al-Qur’an menurut teori-teori
yang telah diungkapkan oleh ilmu pengetahuan dan isyarat-isyarat
ilmiahnya.
Semua persoalan
atau kaidah ilmu pengetahuan yang telah mantap dan meyakinkan merupakan manifestasi
dari pemikiran valid yang dianjurkan al-Qur’an tidak ada kontradiksi sedikitpun
dengannya. Ilmu pengetahuan telah maju dan telah banyak melahirkan kemajuan
yang spektakuler yang tidak ada pertentangan dengan al-Qur’an. Ini merupakan ijaz
al-Qur’an.
Al-Qur’an
menjadikan pemikiran lurus dan perhatian tepat terhadap alam dan
segala apa yang ada di dalamnya sebagai sarana terbesar agar makin mantap dan
kuat nilai keimanan kepada Allah swt.
Al-Qur’an
mendorong manusia agar memikirkan makhluk-makhluk Allah yang ada di langit dan
di bumi, memikirkan dirinya sendiri, bumi yang ditempatinya dan alam yang
mengitarinya, al-Qur’an membangkitkan kesadaran ilmiah pada setiap diri manusia
untuk memikirkan, memahami dan menggunakan akal, Allah mengumpulkan ilmu falak,
botani, geologi dan zoologi sebagai pendorong rasa takut kepada Allah.
Demikianlah ijaz
al-Qur’an secara ilmiah terletak pada dorongannya kepada umat manusia
untuk berfikir disamping membukakan kepada mereka pintu-pintu pengetahuan dan
mengajak masuk ke dalamnya dan menerima segala ilmu pengetahuan yang baru yang
mantap dan stabil.
Disamping
hal-hal di atas, di dalam al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat ilmiah yang
diungkapkan dalam kontek hidayah, misalnya :
- Perkawinan tumbuh-tumbuhan itu ada yang zati
yaitu tumbuh-tumbuhan yang bunganya mengandung organ jantan dan betina
(putik dan benang sari) dan ada yang khalti yaitu tumbuh-tumbuhan
yang organ jantannya terpisah dari organ betina seperti pohon kurma,
sehingga perkawinannya melalui pemindahan dan sarana pemindahannya adalah
angin. Penjelasan ini terdapat dalam al-Qur’an Surat al-Hijr : 22 :
Surah Al-Hijr - سورة الحجر
Dan Kami hantarkan angin sebagai pembawa air dan pemindah benih; maka dengan itu Kami menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian Kami berikan kamu meminumnya; dan bukanlah kamu yang (berkuasa menurunkannya atau) menyimpannya.
Oksigen sangat penting bagi pernafasan manusia dan oksigen tiu
berkurang pada lapisan-lapisan udara yang tinggi. Semakin tinggi manusia
berada di lapisan udara, maka ia akan merasakan sesak dada dan sulit
bernafas. Firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-An’am : 125 :
Surah Al-An'aam - سورة الأنعام
[6:125] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah]
Maka sesiapa yang Allah kehendaki untuk memberi hidayah petunjuk kepadanya nescaya Ia melapangkan dadanya (membuka hatinya) untuk menerima Islam; dan sesiapa yang Allah kehendaki untuk menyesatkannya, nescaya Ia menjadikan dadanya sesak sempit sesempit-sempitnya, seolah-olah ia sedang mendaki naik ke langit (dengan susah payahnya). Demikianlah Allah menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak beriman.
Langit dan bumi dulunya berasal dari satu gumpalan (kesatuan
kosmos) kemudian terjadi ledakan dahsyat (big bang) yang membuatnya
terpecah-pecah menjadi beberapa planet dan kehidupan membutuhkan air.
Firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-Anbiya : 30
Surah Al-Anbiyaa' - سورة الأنبياء
Dan tidakkah orang-orang kafir itu memikirkan dan mempercayai bahawa sesungguhnya langit dan bumi itu pada asal mulanya bercantum (sebagai benda yang satu), lalu Kami pisahkan antara keduanya? Dan Kami jadikan dari air, tiap-tiap benda yang hidup? Maka mengapa mereka tidak mahu beriman?
Demikian pula
diisyaratkan bahwa cahaya matahari bersumber dari dirinya, sedangkan cahaya
bulan
adalah pantulan (dari cahaya matahari). Jenis kelamin anak adalah hasil
sperma pria sedangkan wanita sekedar mengandung karena mereka hanya bagaikan
ladang dan banyak lagi isyarat-isyarat ilmiah yang disebutkan oleh al-Quran. Isyarat-isyarat
ilmiah dan yang serupa dengannya yang terdapat dalam al-Qur’an itu datang dalam
kontek petunjuk Ilahi (hidayah ilahiyah) dan akal manusia boleh
mengkaji dan memikirkannya.
- Pemberitaan-pemberitaan ghaib yakni memberitahukan hal-hal
kejadian yang tidak diketahui kecuali oleh Allah SWT Yang Maha Mengetahui
hal-hal yang ghaib.
Al-Qur’an telah
memberitakan mengenai terjadinya kejadian-kejadian pada masa yang akan datang,
yang tak seorangpun mengetahui hal itu, seperti Firman Allah dalam al-Qur’an
surat al-Rum : 1-4 :
Surah Ar-Ruum - سورة الروم
Orang-orang Rom telah dikalahkan -
Di negeri yang dekat sekali; dan mereka sesudah kekalahannya itu akan mengalahkan lawannya -
Dalam masa tidak sampai sepuluh tahun. Kepada pentadbiran Allah jualah terpulang segala urusan, sebelum berlakunya dan sesudah berlakunya; dan pada ketika berlakunya (kemenangan Rom) itu, orang-orang yang beriman akan bergembira -
Al-Qur’an telah
menceriterakan bangsa-bangsa terdahulu yang tidak meninggalkan bekas ataupun
tanda (prasasti) yang mengandung beritanya. Hal ini adalah bukti bahwa
al-Qur’an di sisi Allah yang tidak tersembunyi untuk masa sekarang, masa lampau
dan masa yang akan datang. Allah swt.
memberi petunjuk dalam Q.S. Hud : 49 :
Surah Hud - سورة هود
(Kisah Nabi Nuh) itu adalah dari perkara-perkara yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (wahai Muhammad), yang engkau dan kaum engkau tidak mengetahuinya sebelum ini. Oleh itu, bersabarlah. Sesungguhnya kesudahan yang baik (yang membawa kejayaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat) adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.
Dalam hal ini
seperti kisah Fir’aun yang mengejar-ngejar Nabi Musa AS beserta kaumnya
dan
ditenggelamkannya fir’aun di laut merah, tetapi badan Fir’aun diselamatkan
sebagaimana
diberitakan dalam Q.S. Yunus : 92
diberitakan dalam Q.S. Yunus : 92
Surah Yunus - سورة يونس
[10:92] - Ini adalah sebahagian dari keseluruhan surah. [Papar keseluruhan surah]
"Maka pada hari ini, Kami biarkan engkau (hai Firaun) terlepas dengan badanmu (yang tidak bernyawa, daripada ditelan laut), untuk menjadi tanda bagi orang-orang yang di belakangmu (supaya mereka mengambil itibar). Dan (ingatlah) sesungguhnya kebanyakan manusia lalai daripada (memerhati dan memikirkan) tanda-tanda kekuasaan Kami!".
(Yunus 10:92) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota | Bookmark
Tidak
seorangpun mengetahui hal tersebut, karena hal itu terjadi sekitar 1200
tahun sebelum masehi. Pada awal abad ke 19 tepatnya pada tahun 1896, ahli
purbakala Loret menemukan di lembah raja-raja Luxor Mesir, satu mumi yang dari
data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir’aun yang bernama Maniptah yang pernah
mengejar Nabi Musa AS. Selain itu pada tanggal 8 Juli 1908 Elliot Smith
mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut mumi
Fir’aun tersebut. Apa yang ditemukan adalah jasad utuh seperti yang diberitakan
al-Qur’an. Setiap orang yang berkunjung ke Museum Kairo akan dapat
melihat jasad Fir’aun tersebut.
- Kefashihan lafaz al-Qur’an, Kebalaghahan bahasanya dan Kekuatan
Pengaruhnya.
Di dalam
al-Qur’an tidak terdapat lafaz yang tidak enak untuk didengar (tidak memenuhi
sasaran) atau tanafur (kekacauan susunan). Ungkapan gaya bahasanya
yang relevan dengan situasi dan kondiisi telah mencapai ukuran balaghah (sastra)
yang tertinggi. Hal ini akan lebih jelas dan terasa bagi orang yang memiliki dzauq
Arabi (daya rasa bahasa Arab) dalam beberapa kata tasybih
(kata-kata yang relatif) di dalam al-Qur’an, beberapa kalam matsal (kalimat
ungkapan), beberapa hujjah (argumentasi), mujadalah
(dialog-dialog) dan dalam menetapkan pedoman-pedoman yang benar atau di dalam
menghinakan orang yang berbuat bathil dan dalam mengungkapkan tiap-tiap makna
(amanat) dan tujuan yang dimaksudkan.
Adapun kekuatan
pengaruhnya terhadap jiwa sekaligus penguasaannya secara maknawi (spiritual)
terhadap jiwa dan hati, bisa dijiwai oleh setiap orang yang meresapi, yang
mempunyai ketajaman daya tangkap mata hati.
Bagi kita cukup
dengan bukti bahwa al-Qur’an tidak membosankan pendengaran dan selalu up to
date.
Penutup
Pada hakikatnya
ijaz al-Qur’an itu adalah segala makna yang dibawa dan dikandung oleh tiap lafaz-lafaznya.
·
Al-Qur’an ijaz dalam lafaz-lafaz dan
uslubnya, ijaz dalam bayan (penjelasan, retorika) dan nazam
(jalinan) nya. Di dalam al-Qur’an akan ditemukan gambaran hidup bagi
kehidupan alam dan manusia.
·
Al-Qur’an ijaz dalam makna-maknanya
yang telah menyikap tabir hakikat kemanusiaan dan misinya di dalam kehidupan di
dunia ini.
·
Al-Qur’an ijaz dengan segala ilmu dan
pengetahuan yang sebagian besar hakikatnya yang ghaib telah diakui dan
dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern.
·
Al-Qur’an ijaz dalam tasyri’ dan
pemeliharaannya terhadap hak-hak asasi manusia serta dalam pembentukan
masyarakat teladan yang ditangannya akan terbentuk insan kamil, selamat dan
bahagia di dunia dan akhirat.
Jelaslah bagi
kita bahwa mendatangkan hal-hal seperti al-Qur’an yang lengkap dengan berbagai
ragam kandungannya hingga tersusun rapi dan teratur merupakan sesuatu yang di
luar jangkauan kemampuan manusia. Dengan demikian sia-sialah makhluk di
hadapannya dan menjadi lemah, tidak mampu untuk mendatangkan sesuatu yang
serupa dengan al-Qur’an. Itulah Ijaz al-Qur’an.
Ulasan
Catat Ulasan